Perkembangan Kognitif Anak
Perkembangan Kognitif Anak Dan Menghubungkannya Dengan Pembelajaran Matematika
2.1 Pengertian Belajar Menurut Piaget
Menurut Jean Piaget(1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Menurut
Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi yang terus menerus antara
individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah
perkembangan secara alami fikiran pebelajar mulai anak-anak sampai dewasa.
Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, diturunkan dari analisa perkembangan
biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah
seperti sistem kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
Menurut
Piaget (dalam Dr.Paul Suparno, 2001:49) metode pengajaran matematika dalam
bentuk ceramah memang baik bagi orang yang sudah dewasa tetapi banyak
menyebabkan hambatan bagi murid yang masih dalam tingkat pengajaran yang masih
rendah. Kemudian Piaget menekankan hal pokok dalam pengajaran matematika pada
murid bahwa Pengajaran matematika tidak boleh melalaikan peran kegiatan –
kegiatan, khususnya pada anak–anak yang masih kecil. Pengalaman fisis dan
pengalaman matematis-logis sangat penting dalam mengembangkan pengetahuan, baik
fisis maupun matematis.
Selanjutnya, ia meletakkan
kelereng-kelereng itu dalam suatu lingkaran dan menghitungnya lagi dengan hasil
yang sama juga. Dalam susunan bagaimana pun akhirnya ia menjadi sungguh yakin
bahwa jumlahnya sama dan tidak tergantung pada susunan atau bentuk.
2.2 Teori
Piaget
Jean Piaget adalah salah seorang
psikolog terkenal yang banyak mempengaruhi perkembangan dunia pendidikan.
Selama penelitian Piaget semakin yakin akan adanya perbedaan antara proses
pemikiran anak dan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan merupakan suatu
tiruan dari orang dewasa. Anak bukan hanya berpikir kurang efisien dari orang
dewasa, melainkan berpikir secara berbeda dengan orang dewasa. Itulah sebabnya
mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap perkembangan kognitif yang berbeda dari
anak sampai menjadi dewasa.
Tahap perkembangan kognitif menurut
Piaget (Paul. S, 2001:24) dibagi menjadi 4 tahap antara lain:
2.1.1
Tahap
sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
Pada tahap sensorimotor, anak
mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan –
gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur alamnya
dengan indera(sensori) dan tindakan-tindakannya(motor), anak belum mempunyai
kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yang tetap.
Contohnya:
Diatas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila talinya
dipegang. Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi
yang bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar muncul
bunyi menarik yang sama.
2.1.2
Tahap
persiapan operasional (2 – 7 tahun)
dan memacu perkembangan pemikiran anak karena ia sudah dapat
menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain.
Contohnya:
anak bermain pasar-pasaran dengan uang dari daun. Kemudian dalam penggunaan
bahasa , anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain
tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur
latihan disini, yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan
berbicara meskipun tanpa disadari.
2.1.1
Tahap
operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dinyatakan
dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa – peristiwa
yang langsung dialami. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang –
barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.
Misalnya suatu gelas diisi air.
Selanjutnya dimasukkan uang logam sehingga permukaan air naik. Anak pada tahap
operasi konkreat dapat mengetahui bahwa volume air tetap sama. Pada tahap
sebelumnya, anak masih mengira bahwa volume air setelah dimasukkan logam
menjadi bertambah.
2.1.2
Tahap
operasi formal (11 tahun keatas)
Tahap operasi formal merupakan tahap
akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu
bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung.
Menurut Piaget (Paul Suparno, 2001:104) paling sedikit ada empat
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak, yaitu:
2.2
Perkembangan organik dan kematangan
system saraf
Unsur biologis cukup jelas mempunyai pengaruh dalam perkembangan inteligensi seseorang. Kematangan fisik seseorang juga mempunyai pengaruh pada perkembangan inteligensinya. Misalnya: Pada saat anak belum dapat berjalan, sehingga anak tersebut akan sulit dan terbatas dalam berkontak dengan alam sekitar. Sehingga pemikirannya dan skema yang ia miliki belum banyak berkembang.
2.3
Peran latihan dan pengalaman
Latihan
berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan
membantu seseorang untuk mengembangkan pemikiran atau inteligensinya. Seorang
anak yang sudah mulai dapat berpikir deduktif dan abstrak perlu mengembangkan
diri dengan pengalaman – pengalaman dalam menggunakan pemikirannya. Piaget
membedakan dua macam pengalaman, yaitu:
a.
Pengalaman fisis, terdiri dari tindakan atau aksi
seseorang terhadap objek yang dihadapi untuk mengabstraksi sifat –
sifatnya.contohnya: pengalaman melihat dan mengamati anjing akan membantu
mengabstraksi sifat – sifat anjing yang pada tahap selanjutnya membantu
pemikiran orang itu tentang anjing.
b. Pengalaman
matematis-logis,
terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan –
tindakan terhadap objek itu. Contohnya: pengalaman menjumlahkan atau
mengurangkan benda akan membantu pemikiran anak akan operasi benda itu.
2.4
Interaksi sosial dan transmisi
Dengan interaksi ini, seorang anak dapat
membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran
dan pengetahuan orang lain. Ia tertantang untuk semakin memperkembangkan
pemikiran dan pengetahuannya sendiri. Dalam interaksi sosial dan transmisi,
pengetahuan itu datang dari orang lain baik itu dari orangtuanya maupun
masyarakat sekitarnya. Namun, menurut Piaget meskipun interaksi sosial itu sangat
penting dalam pengembangan pemikiran seseorang, tindakan interaksi sosial itu
tidaklah efektif bila tidak ada tindakan aktif dari anak sendiri. Pemikiran dan
pengetahuan anak kurang berkembang pesat apabila anak itu sendiri tidak secara
aktif mengolah, mencerna, dan mengambil makna.
2.5 Ekuilibrasi (kesetimbangan)
Ekuilibrasi
adalah kemampuan untuk mencapai kembali kesetimbangan selama periode
ketidaksetimbangan melalui asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi ini sering juga
disebut dengan motivasi dasar seseorang yang memungkinnya selalu berusaha
memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya.
Menurut
Piaget (Hudojo, 1979:82), struktur kognitif terbentuk karena proses asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi adalah menyaring atau
mendapatkan pengalaman – pengalaman baru ke dalam skema.
Misalnya
seorang anak mempunyai konsep mengenai “lembu”. Dalam pemikiran anak itu, ada
skema “lembu”. Mungkin skema anak itu menyatakan bahwa lembu itu binatang yang
berkaki empat. Berwarna putih dan makan rumput.
Dimana
pengertian Skema yaitu struktur mental seseorang dimana
ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungannya.
Misalnya
Skema yang terjadi pada anak tersebut pertama kali melihat lembu tetangganya
yang memang berwarna putih, berkaki empat, dan makan rumput. Suatu saat, anak
itu bertemu dengan dengan bermacam-macam lembu yang lain, yang warnanya lain,
dan tidak sedang makan rumput, tetapi sedang menarik gerobak. Berhadapan dengan
pengalaman yang lain tersebut, anak memperkembangkan skema awalnya. Skemanya
menjadi: lembu itu binatang berkaki empat, ada berwarna putih atau kelabu,
makanannya rumput dan dapat menarik gerobak. Jelas bahwa skema lembu anak itu
menjadi bertambah lengkap. Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga
dikembangakan dan dilengkapi.
Akomodasi adalah proses menstrukturkan
kembali pengalaman –pengalaman baru dengan jalan mengadakan modifikasi skema
yang ada atau bahkan membentuk pengalaman yang benar – benar baru.
Contohnya: seorang siswa telah memahami bahwa himpunan bilangan itu tetap saja sama, walaupun urutannya diubah. Kemudian siswa tersebut mengalami pengalaman baru tentang adanya bilangan kardinal dan ordinal, bulat dan pecahan. Walaupun ada tambah pengetahuan baru, struktur kognitifnya tetap yang ada tetap saja ada dan tidak berubah, artinya bahwa sifat bilangan itu tetap sama walaupun pengaturannya diubah.
2.6 Penerapan Teori Belajar Piaget Dalam Pengajaran Matematika
Penerapan dari empat tahap perkembangan intelektual anak yang dikemukakan oleh
Piaget, adalah sebagai berikut:
2.2.1
Tahap
Sensorimotor (0-2 tahun)
Untuk
mengembangkan kemampuan matematika anak di tahap ini, kemampuan anak mungkin
ditingkatkan jika dia cukup diperbolehkan untuk bertindak terhadap lingkungan.
Anak – anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang konsep
angka dan menghitung. Misalnya: Orang tua dapat membantu anak- anak mereka
menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapat menghitung benda
yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang ia punya hilang.
2.2.2
Tahap
persiapan operasional ( 2 -7 tahun)
Piaget
membagi perkembangan kognitif tahap persiapan operasional dalam dua bagian:
1.
Umur
2 – 4 tahun
Pada
umur 2 tahun, seorang anak mulai dapat menggunakan symbol atau tanda untuk
mempresentasikan suatu benda yang tidak tampak dihadapannya. Penggunaan symbol
itu tampak dalam 4 gejala berikut:
1) Imitasi tidak langsung
Menurut
Wadsworth (dalam Paul Suparno, 2001:51), Anak mulai dapat menggambarkan suatu hal
yang sebelumnya dapat dilihat, yang sekarang sudah tidak ada. Dengan kata lain,
ia mulai dapat membuat imitasi yang tidak langsung dari bendanya sendiri.
Contohnya: Bola sesungguhnya
dalam bentuk bola plastik.
) Permainan simbolis
Dalam
permainan simbolis, seringkali terlihat bahwa seorang anak berbicara sendirian
dengan mainannya. Misalnya: Jika si anak merasa senang dengan bola, maka ia
akan bermain bola – bolaan. Menurut Piaget, permainan tersebut merupakan
ungkapan diri anak dalam menghadapi masalah, suasana hati, ketakutan dan lain –
lain.
3) Menggambar
Menggambar
pada tahap pra operasional merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan
gambaran mental. Unsur permainan simbolisnya terletak pada segi “kesenangan”
pada diri anak yang sedang menggambar. Unsur gambaran mentalnya terletak pada
usaha anak untuk mulai meniru sesuatu yang real.
4) Gambaran mental
Gambaran
mental adalah penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang
lampau. Pada tahap ini, anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam
menggambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati. Contoh: deretan
5 kelereng berwarna coklat dan hitam.
Dari pengamatan itu anak masih beranggapan bahwa kelereng
coklat lebih banyak daripada kelereng hitam karena jarak kelereng coklat lebih
besar daripada kelereng hitam. Apabila jarak kelereng hitam dan coklat
disamakan maka anak mengatakan bahwa jumlah kelereng sama.
1.
Umur
4 – 7 tahun (pemikiran intuitif)
Pada
umur 4 – 7 tahun, pemikiran anak semakin berkembang pesat. Tetapi perkembangan
itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan
suatu bentuk pemikiran atau penalaran yang tidak logis. Contoh: Terdapat 20
kelereng, 16 berwarna merah dan 4 putih diperlihatkan kepada seorang anak
dengan pertanyaan berikut: “Manakah yang lebih banyak kelereng merah ataukah
kelereng-kelereng itu?”
A usia 5 tahun menjawab: “lebih
banyak kelereng merah.”
B usia 7 tahun menjawab: “Kelereng kelereng lebih banyak
daripada kelereng yang berwarna merah.” Tampak bahwa A tidak mengerti
pertanyaan yang diajukan, sedangkan B mampu menghimpun kelereng merah dan putih
menjadi suatu himpunan kelereng atau dapat disimpulkan bahwa anak masih sulit
untuk menggabungkan pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya. Contoh
lain, seorang anak dihadapkan dengan pertanyaan: “Manakah yang lebih berat 1 Kg
kapas atau 1 Kg besi?”. Anak tersebut pasti menjawab 1 Kg besi tanpa berpikir
terlebih dahulu.
2.1.2
Tahap
operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dicirikan dengan
perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan – aturan tertentu
yang logis. Tahap operasi konkret ditandai dengan adanya system operasi
berdasarkan apa- apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih mempunyai
kesulitan untuk menyelesaikan persoalan yang mempunyai banyak variabel. ya.
Misalnya, bila suatu benda A dikembangkan dengan cara tertentu menjadi benda B,
dapat juga dibuat bahwa benda B dengan cara tertentu kembali menjadi benda A.
Dalam matematika, diterapkan dalam operasi penjumlahan (+), pengurangan (-),
urutan (<), dan persamaan (=).
Contohnya, 5 + 3 = 8 dan 8 – 3
= 5
Pada
umur 8 tahun, anak sudah memahami konsep penjumlahanyang sterusnya berlanjut
pada perkalian. Misalnya guru memberikan soal kepada siswa mengenai perkalian.
Guru: “Berapa 8 × 4, Dony?”
Dony: “ 32 Pak!”
2.1.3
Tahap
operasi formal (11 tahun keatas)
Pada
tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak bila dihadapkan kepada suatu
masalah dan ia dapat mengisolasi untuk sampai kepada penyelesaian masalah
tersebut. Pikirannya sudah dapat melampaui waktu dan tempat tidak hanya terikat
pada hal yang sudah dialami.
Contoh: Seorang anak mengamati topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Ia ingin mengetahui volum dari topi ayahnya tersebut. Lalu ia mengukur topi tersebut dan memperoleh tinggi kerucut 30 cm dengan jari – jari 21 cm.
Untuk
menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu memberikan
konsep kepada siswa mengenai bangun ruang(volum limas).
Volum limas = ⅓(luas alas)(tinggi
limas)
= ⅓ × ะป × r² × t²
= ⅓ × 3,14 × 7² cm² × 3 cm
= 154 cm³
Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran,
adalah :
1.
Bahasa
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.
Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.
Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran
antara lain sebagai berikut :
1.
Memfokuskan
pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping
kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak
sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2.
Pengenalan
dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri
dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget
penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan
lingkungan.
3.
Tidak
menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak
seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4.
Penerimaan
terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang
sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
2.2 Pengertian
Belajar
Penganut psikologi tingkah laku (behaviourist) memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan antara rangsangan dari luar (stimulus) dan tanggapan dari dalam diri si anak (response) yang bisa diamati. Mereka juga berpendapat bahwa ganjaran ataupun penguatan merupakan kata kunci dalam proses belajar mengajar.
2.2.1
Teori Belajar Thorndike
Thorndike &
Skinner berpendapat bahwa semakin sering hubungan antara rangsangan dan
tanggapan terjadi, akan semakin kuatlah hubungan keduanya (law of exercise) dan
kuat tidaknya hubungan ditentukan oleh kepuasan atau ketidakpuasan yang
menyertainya (law of effect). Pada intinya, semakin sering seorang anak
mengerjakan soal-soal integral misalnya, akan semakin mampu ia mengerjakan
soal-soal semacam itu. Mereka juga menyarankan agar suatu pengetahuan yang
rumit dipecah menjadi beberapa bagian yang lebih sederhana. Bagian-bagian yang
lebih sederhana itu harus dikuasai siswa dengan baik agar ia mampu dengan mulus
mempelajari pengetahuan yang lebih rumit dan lebih sulit.
2.2.2
Teori Belajar Gagne
Yang akan
dibahas pada modul ini adalah dua teori belajar dari Gagne yaitu Fakta, Konsep,
Prinsip, dan Skill (FKPS) serta Hirarki Belajar.
Berikut penjelasan
mengenai objek langsung matematika.
Fakta adalah konvensi
(semufakatan) dalam matematika seperti lambang, notasi, ataupun aturan bahwa 5
+ 2 × 10 = 5 + 20, dan bukan 5 + 2 × 10 = 7 × 10. Seorang siswa dinyatakan
telah menguasai fakta jika ia dapat menuliskan fakta tersebut dan
menggunakannya dengan benar. Karenanya, cara mengajarkan fakta adalah dengan
menghafal, drill, ataupun peragaan yang berulang-ulang.
Konsep adalah suatu ide
abstrak yang memungkinkan seseorang untuk mengklasifikasi suatu objek dan
menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari ide
abstrak tersebut. Contohnya, konsep tentang: barisan aritmetika, deret
geometri, hiperbola, dan integral. Seorang siswa SMK disebut telah mempelajari
suatu konsep jika ia telah dapat membedakan contoh dari yang bukan contoh. Untuk
itu, siswa harus dapat menunjukkan atribut atau sifat-sifat khusus dari objek
yang termasuk contoh dan yang bukan contoh. Dikenal empat cara mengajarkan
konsep, yaitu:
1. Dengan menggunakan beberapa contoh dan yang bukan
contoh dari konsep yang dibicarakan.
2. Deduktif, dimulai dari definisi lalu ke contohnya.
3. Induktif, dimulai dari contoh lalu membahas
definisinya.
4. Kombinasi deduktif dan induktif, dimulai dari contoh
lalu membahas definisinya dan kembali ke contoh, atau dimulai dari definisi
lalu membahas contohnya lalu kembali membahas definisinya.
Prinsip
(keterkaitan antar konsep) adalah suatu pernyataan yang memuat hubungan antara
dua konsep atau lebih. Contohnya, rumus luas segitiga dan rumus umum suku ke-n
suatu barisan geometri. Seorang siswa SMK dinyatakan telah memahami suatu
prinsip jika ia dapat mengingat aturan, rumus, atau teorema yang ada, dapat
mengenal dan memahami konsep-konsep yang ada pada prinsip tersebut, serta dapat
menggunakan prinsip tersebut pada situasi yang tepat.
Skill atau keterampilan adalah suatu prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau memperoleh suatu hasil tertentu. Contohnya, menentukan jumlah kuadrat dari akar-akar suatu persamaan kuadrat, merasionalkan penyebut suatu pecahan, ataupun menentukan turunan fungsi trigonometri. Penguasaan keterampilan para siswa harus berlandaskan pada pengertian dan tidak hanya pada hafalan semata-mata.
KESIMPULAN
Piaget Menjelaskan tentang Proses Pembelajaran yang dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada :
- Berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.
- Teori dasar perkembangan kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi.
- Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua individu tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya , yang mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.
- Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus –menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati.
- Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Rahma.
(2013, Juni Senin). Pendapat Jean Piaget tentang Pembelajaran matematika.
Diambil kembali dari Rahma's Blog:
http://rahmazamikai.blogspot.com/2013/06/pendapat-jean-piaget-tentang.html
Yogyakarta,
P. M. (2009). Psikologi Pembelajaran Matematika. Dalam F. Shodiq, Psikologi
Pembelajaran Matematika (hal. 1). Yogyakarta: DePeNas.
Yogyakarta, P. M. (2009). Psikologi Pembelajaran Matematika. Dalam F. Shodiq, Psikologi Pembelajaran Matematika (hal. 3-4). Yogyakarta: DePeNas.
Komentar
Posting Komentar